BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang Masalah
Sering kali
kita mendengar ungkapan “Pengalaman adalah guru terbaik”, bahkan mungkin
ungkapan ini sudah tidak asing lagi di telinga kita. Pengalaman itulah yang
dapat kita jadikan sebagai suatu pelajaran, peringatan, dan motivasi yang
berharga dalam menyikapi dan menentukan langkah perjalanan hidup selanjutnya.
Pengalaman pun dapat dijadikan sumber inspirasi dalam bersastra, misalnya
menulis novel, puisi, dan cerpen.
Kurangnya
pengetahuan dan pengalaman tentang
menyusun karya sastra yang baik dan benar membuat seseorang merasa malas
untuk menyusun sebuah karya sastra. Ilmu pengetahuan dan pengalaman yang
berharga dapat menjadi inspirasi bagi orang lain. Tinggal bagaimana kita
menelaah pengalaman tersebut menjadi hal yang positif untuk masa depan yang lebih
baik.
1.2.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dalam makalah ini meliputi: makna yang sebenarnya dari sebuah karya
sastra, menyusun karya sastra yang baik dan benar, memahami jenis-jenis karya
sastra, unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra, tujuan dari sebuah karya
sastra, mengenal sastrawan yang ada di Indonesia, dan sebagainya.
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia, dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa/(i) di
Universitas Abulyatama, serta menjadi
bahan bacaan bagi pembaca yang berminat untuk mempelajari tentang karya sastra.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian karya sastra
Sastra
adalah pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan ilmu jiwa. Sastra adalah
kekayaan rohani yang dapat memperkaya rohani. Seorang ahli yang bernama Selden
(1985: 52) mengakatakan bahwa, karya
sastra merupakan anak kehidupan kreatif seorang penulis dan mengungkapkan
pribadi pengarang. Definisi karya sastra sangatlah bervariasi / beragam , hal
yang paling unik dalam pengkajian sastra adalah teori-teori itu sendiri dan
juga cara memandang seseorang terhadap sesuatu. Beberapa pendapat ahli lain
tentang karya sastra adalah sebagai berikut:
“Sastra lahir oleh dorongan manusia
untuk mengungkapkan diri, tentang masalah manusia, kemanusiaan, dan semesta
(Semi, 1993: 1).
“Perbedaan sastrawan dengan orang
lain terletak pada kepekaan sastrawan yang dapat menembus kebenaran hakiki
manusia yang tidak dapat diketahui tertembus oleh orang lain.” (Darma, 1984:
52-6).
2.2. Bentuk karya
sastra
Menurut bentuknya karya sastra terbagi atas prosa,
puisi dan drama. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai prosa, puisi dan drama
yang telah menjadi bentuk dari karya sastra. Berikut penjelasannya tentang
bentuk karya sastra masing-masing :
1.
Prosa
Prosa
merupakan karangan bebas yang tidak terikat pada bentuk, irama, dan rima
(sajak) atau terikat dengan oleh banyaknya suku kata dan jumlah baris. Bila
prosa itu mengadung irama puisi maka prosa itu disebut prosa berirama, atau prosa
lirik. Bentuk prosa ini lahir sebenarnya sama seperti prosa biasa sebab
disusun oleh tanda bait-bait, oleh karena itu pemilihan kata serta irama yang
terkandung di dalamnya sangat diperhatikan. Prosa fiksi dapat berupa roman,
novel, cerpen.
a.
Roman ialah prosa
yang melukiskan atau menceritakan kehidupan manusia meliputi seluruh
kehidupannya, baik lahir maupun batin. Roman dibedakan isinya menjadi:
1)
Roman bertendes
2)
Roman sosial/masyarakat
3)
Roman detektif
4)
Roman jiwa
b.
Novel dalam
kesusastraan Indonesia sering disamakan dengan roman, hanya bahasanya lebih
pendek dari pada roman tetapi lebih panjang dari cerita pendek. Di samping itu
ciri-ciri novel ialah:
1)
Sifat dan perubahan para pelakunya tidak diceritakan
panjang lebar seperti dalam roman.
2)
Kejadiannya berjalan dengan lancar sebab terpusat
dalam kehidupan suatu saat.
3)
Hanya diceritakan sebagian dari kehidupan manusia yang
dianggap penting.
Cerpen atau cerita pendek merupakan cerita
yang melukiskan peristiwa pada suatu saat dan tidak perlu mengakibatkan
perubahan nasib. Biasanya cerpen diangkat dari peristiwa dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu, bentuk cerpen sangat singkat dan dapat dibaca
dalam belasan menit saja.
2. Puisi
Puisi merupakan ragam sastra yang
bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang
kongkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional
dan berirama. Ada juga yang mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra
yang mengekspresikan secara padat pemikiran dan perasaan penyairnya, diubah
dalam wujud dan bahasa yang paling berkesan.
Perbedaan antara puisi dan prosa
yaitu: puisi menyatakan sesuatu secara
tidak langsung, sedangkan prosa menyatakan sesuatu secara langsung. Beberapa
pendapat tentang perbedaan puisi dan prosa yang dikemukakan oleh para ahli adalah:
1)
“Perbedaan pokok antara prosa dan
puisi. Pertama, kesatuan prosa yang pokok adalah kesatuan sintaksis, sedangkan
kesatuan puisi adalah kesatuan akustis. Kedua, puisi terdiri dari
kesatuan-kesatuan yang disebut baris sajak, sedangkan dalam prosa kesatuannya
disebut paragraf. Ketiga, di dalam baris sajak ada periodisitas dari mula
sampai akhir”. (Slametmulyana, 1956:112)
2)
“Perbedaan prosa dan puisi bukan
pada bahannya, melainkan pada perbedaan aktivitas kejiwaan. Puisi merupakan
hasil aktivitas pemadatan, yaitu proses pen-ciptaan dengan cara menangkap
kesan-kesan lalu memadatkannya (kondensasi). Prosa merupakan aktivitas
konstruktif, yaitu proses penciptaan dengan cara menyebarkan kesan-kesan dari
ingatan”. (Djoko Pradopo, 1987).
3)
“Perbedaan lain terdapat pada sifat.
Puisi merupakan aktivitas yang bersifat pen-curahan jiwa yang padat, bersifat
sugestif dan asosiatif. Sedangkan prosa merupakan aktivitas yang bersifat
naratif, menguraikan, dan informatif “. (Pradopo, 1987)
Unsur-unsur
yang terdapat dalam Puisi :
Secara sederhana, batang tubuh puisi
terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik , bait, bunyi, dan makna.
Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Secara singkat bisa
diuraikan sebagai berikut.
1)
Kata adalah unsur utama terbentuknya
sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan
keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi
sebuah larik.
2)
Larik (atau baris) mempunyai
pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata
saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah
kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi baru tak ada
batasan.
3)
Bait merupakan kumpulan larik yang
tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi
lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat buah, tetapi pada puisi
baru tidak dibatasi.
4)
Bunyi dibentuk oleh rima dan irama.
Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata
dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah,
panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi.
5)
Makna adalah unsur tujuan dari
pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan
dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan.
Adapun secara lebih detail,
unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan
struktur fisik. Struktur batin puisi, atau sering pula di-sebut sebagai hakikat
puisi, meliputi : tema/makna (sense), rasa (feeling), nada (tone), amanat/tujuan/maksud (itention).
Sedangkan struktur fisik puisi, atau
terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan oleh
penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi : perwajahan
puisi (tipografi), pemilihan kata-kata (diksi),
susunan kata-kata (imaji), Kata kongkret, Bahasa kiasan (figuratif), Versifikasi,
yaitu menyangkut rima dan ritme.
3. Drama
Secara umum drama adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud dipertunjukkan
oleh aktor. Pementasan naskah drama dikenal dengan istilah “teater”. Dapat dikatakan bahwa drama berupa
cerita yang diperagakan para pemain di panggung. Selanjutnya, dalam pengertian
kita sekarang, yang dimaksud drama adalah cerita yang diperagakan di panggung
berdasarkan naskah.
Sejarah
drama sebagai tontonan sudah ada sejak
zaman dahulu. Nenek moyang kita sudah memainkan drama sejak ribuan tahun yang
lalu. Bukti tertulis yang bisa dipertanggung jawabkan mengungkapkan bahwa drama
sudah ada sejak abad ke-5 SM. Hal ini didasarkan temuan naskah drama kuno di
Yunani. Penulisnya Aeschylus yang hidup
antara tahun 525-456 sM. Isi lakonnya berupa persembahan untuk memohon kepada
dewa-dewa. Ada beberapa jenis drama tergantung
dasar yang digunakannya. Dalam pembagian jenis drama, biasanya digunakan tiga dasar, yaitu: berdasarkan penyajian lakon drama,
berdasarkan sarana, dan keberadaan naskah drama.
Berdasarkan penyajian lakon, drama dapat dibedakan menjadi 8
jenis, yaitu:
1)
Tragedi: drama yang penuh dengan kesedihan
2)
Komedi: drama penggeli hati yang penuh
dengan kelucuan.
3)
Tragekomedi: perpaduan antara drama tragedi dan
komedi.
4)
Opera: drama yang
dialognya dinyanyikan dengan diiringi musik.
5)
Melodrama: drama yang dialognya diucapkan
dengan diiringi melodi/musik.
6)
Farce: drama yang menyerupai dagelan,
tetapi tidak sepenuhnya dagelan.
7)
Tablo: jenis drama yang mengutamakan gerak,
para pemainnya tidak mengucapkan dialog, tetapi hanya melakukan
gerakan-gerakan.
8)
Sendratari: gabungan antara seni drama dan seni
tari.
Berdasarkan sarana pementasannya, pembagian jenis
drama dibagi dalam beberapa kelompok antara lain:
1)
Drama
Panggung: drama yang
dimainkan oleh para aktor dipanggung.
2)
Drama
Radio: tidak bisa
dilihat, tetapi hanya didengarkan oleh penikmat.
3)
Drama
Televisi: sama dengan
drama panggung, drama televisi tidak dapat diraba.
4)
Drama
Film: menggunakan layar lebar dan biasanya dipertunjukkan di bioskop.
5)
Drama
Wayang: drama yang
diiringi pegelaran wayang.
6)
Drama
Boneka: para tokoh
drama digambarkan dengan boneka yang dimainkan oleh beberapa orang.
Jenis
drama berdasarkan ada atau tidaknya naskah
drama. Pembagian
jenis-jenis drama berdasarkan ini, antara lain:
1)
Drama
Tradisional: tontonan drama yang tidak menggunakan naskah.
2)
Drama
Modern: tontonan
drama menggunakan naskah.
2.3. Macam-macam karya sastra di Indonesia
Ada
beberapa pembagian karya sastra, khususnya di Indonesia, karya sastranya
didominasi oleh syair, pantun , gurindam dan hikayat .
a.
Syair merupakan
puisi atau
karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan
irama sajak .
Biasanya terdiri dari 4 baris, berirama aaaa, keempat baris tersebut
mengandung arti atau maksud si penyair.
b.
Pantun merupakan
salah satu jenis puisi lama
yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Lazimnya pantun terdiri
atas empat larik atau baris , bersajak akhir
dengan pola a-b-a-b. Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian. sampiran dan isi . Sampiran adalah dua baris pertama, dan biasanya tidak punya hubungan
dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan
rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun
tersebut.
c.
Gurindam merupakan
satu bentuk puisi Melayu lama
yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang
merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal , masalah atau
perjanjian dan baris kedua berisikan jawaban nya
atau akibat dari
masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
d.
Hikayat adalah
salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang
berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang
kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian
serta mukjizat tokoh utama. Sebuah hikayat dibacakan sebagai hiburan, pelipur
lara atau untuk membangkitkan semangat pejuang.
2.4.
Aliran karya sastra
Kata
“aliran” berasal dari kata stroming
(bahasa Belanda) yang mulai muncul di Indonesia pada zaman Pujangga Baru. Kata itu bermakna “ keyakinan yang dianut
golongan-golongan pengarang yang sepaham, ditimbulkan karena menentang
paham-paham lama (Hadimadja, 1972:9). Beberapa aliran yang ada dalam karya
sastra akan dijelaskan masing-masingnya, yaitu sebagai berikut:
a.
Realisme
Pada umumnya realisme dilihat sebagai reaksi terhadap aliran romantik.
Realisme berusaha menggambarkan hidup dengan sejujur-jujurnya tanpa prasangka dan
tanpa usaha memperindahnya. Realisme selalu
memasukkan moral, dengan demikian seni bagi realisme adalah sarana untuk
mengkritik dan menyampaikan pesan moral. Realisme
menginginkan representasi dari realitas. Realisme memakai metode induktif dan
bersifat observatif agar realitas yang digambarkan benar-benar objektif.
b.
Sosialisme
Pada abad
ke-19 muncul juga gerakan sosialisme, gerakan ini mengajarkan kolektivisme dan
kebersamaan. Karl Marx mengumumkan manifestonya dan dari manifesto ini lahirlah
komunisme. Kepercayaan
terhadap agama juga merosot sebagai akibat perkembangan iptek. Karena agama
tidak lagi mendominasi kehidupan manusia, maka dicari formulasi baru terhadap
kepercayaan agama.
c.
Naturalisme
Suatu perkembangan lebih lanjut dari realisme adalah
aliran naturalisme, yang lahir dan berkembang di Perancis. Apabila realisme
merupakan ucapan artistik suatu sikap terhadap kenyataan yang biasa pada
berbagai individu di zaman apapun, maka naturalisme merpakan ucapan artistik di
abad ke-19. Pengarang naturalisme, Emile Zola, mengatakan bahwa pengarang harus
meniru ilmuwan dengan mengamati kenyataan tanpa menyelidki sebab-sebabnya
mengapa kenyataan itu demikian.
d.
Relisme-sosial
Realisme-sosialis adalah pempraktikan sosialisme di bidang kreasi sastra.
Istilah ini muncul untuk memenangkan sosialisme di Uni Soviet. Bagi
realisme-soaialis setiap realitas, setiap fakta, hanya sebagian dari kebenaran,
bukan kebenaran itu sendiri. Istilah realisme-sosialis mencakup pula persoalan
taktik dan strategi, sekalipun di bidang sastra, hanya ini mungkin mengambil
manifestasi dalam pengemukakan plot, gaya bahasa, perbendaharaan kata, pilihan
kata, metode penyampaian, kontras, dan sebagainya yang sifatnya sama sekali
telah akademik.
2.5. Unsur-unsur dalam karya sastra
Unsur instrinsik yang terdapat dalam karya sastra:
Unsur
intrinsik merupakan unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Unsur-unsur
intrinsik karya sastra adalah :Tema, Amanat, Alur/plot, Perwatakan/penokohan,Latar/setting,
Sudut pandang/point of view.Berikut penjelasan dari unsur-unsur intrinsik dalam
karya sastra:
a.
Tema
Tema merupakan adalah sesuatu yang
menjadi pokok masalah/pokok pikiran dari pengarang yang ditampilkan dalam karangannya.
b.
Amanat
Amanat
adalah pesan/kesan yang dapat memberikan tambahan pengetahuan, pen-didikan, dan
sesuatu yang bermakna dalam hidup yang memberikan penghiburan, kepuasan dan
kekayaan batin kita terhadap hidup.
c.
Plot/alur
Plot/alur adalah jalan cerita/rangkaian
peristiwa dari awal sampai akhir.
Tahap-tahap alur :
- Tahap perkenalan/Eksposisi,
- Tahap pertentangan /Konflik,
- Tahap penanjakan konflik/Komplikasi,
- Tahap klimaks / ketegangan mulai memuncak, dan
- Tahap penyelesaian masalah.
Macam-macam alur :
ü Alur maju :
peristiwa –peristiwa diutarakan mulai awal sampai akhir/masa kini menuju masa
datang.
ü Alur
mundur/Sorot balik/Flash back :
peristiwa-peristiwa yang menjadi bagian penutup diutarakan terlebih
dahulu/masa kini, baru menceritakan peristiwa-peristiwa pokok melalui
kenangan/masa lalu salah satu tokoh.
ü Alur
gabungan/Campuran : peristiwa-peristiwa pokok diutarakan. Dalam pengutararaan
peristiwa-peristiwa pokok, pembaca diajak mengenang peristiwa-peristiwa yang
lampau,kemudian mengenang peristiwa pokok.
ü Perwatakan/penokohan : bagaimana pengarang melukiskan watak tokoh.
Ada tiga
cara untuk melukiskan watak tokoh
ü Analitik
: pengarang langsung menceritakan watak
tokoh.
ü Dramatik
: adalah pengarang melukiskan watak tokoh dengan tidak langsung.
ü Campuran :
gabungan analitik dan dramatik.
Pelaku/tokoh dalam cerita
ü Pelaku utama
: pelaku yang memegang peranan utama
dalam cerita dan selalu hadir/muncul pada setiap satuan kejadian.
ü Pelaku
pembantu : pelaku yang berfungsi membantu pelaku utama dalam cerita.Bisa
bertindak sebagai pahlawan mungkin juga sebagai penentang pelaku utama.
ü Pelaku
protagonis : pelaku yang memegang watak tertentu yang membawa ide kebenaran.
ü Pelaku
antagonis : pelaku yang berfungsi menentang pelaku protagonis.
ü Pelaku
tritagonis : pelaku yang dalam cerita sering dimunculkan sebagai tokoh ketiga
yang biasa disebut dengan tokoh penengah.
d.
Latar/setting
Latar/ setting merupakan sesuatu
atau keadaan yang melingkupi pelaku dalam sebuah cerita.
Macam-macam pembagian latar :
ü Latar tempat
: latar dimana pelaku berada / cerita terjadi (di kota, di ruangan dll)
ü Latar waktu
: kapan cerita itu terjadi ( pagi, siang,malam, kemarin, besuk dll)
ü Latar
suasana : dalam keadaan dimana cerita terjadi. (sedih, damai, sepi dll)
e.
Sudut pandang pengarang
Sudut
pandang adalah posisi/kedudukan pengarang dalam membawakan cerita. Sudut
pandang dibedakan atas :
ü Sudut
pandang orang kesatu : pengarang berfungsi sebagai pelaku yang terlibat
langsung dalam cerita, terutama sebagai pelaku utama. Pelaku utamanya(aku,
saya, kata ganti orang pertama jamak : kami, kita)
ü Sudut
pandang orang ketiga : pengarang berada
di luar cerita, ia menuturkan tokoh-tokoh di luar, tidak terlibat dalam cerita.
Pelaku utamanya (ia, dia, mereka,kata ganti orang ketiga jamak, nama-nama lain)
Unsur ekstrinsik yang terdapat dalam karya sastra:
Unsur
ekstrinsik merupakan unsur yang membangun karya sastra dari luar, yaitu sebagai
berikut:
a)
Latar belakang penciptaan : kapan karya sastra
tersebut diciptakan
b) Kondisi
masyarakat pada saat karya sastra diciptakan : keadaan masyarakat baik itu
ekonomi, sosial, budaya,politik pada saat karya sastra diciptakan
c) Pandangan
hidup pengarang/Latar belakang pengarang
2.6. Menyusun karya sastra
Untuk
menyusun sebuah karya sastra, tahap pertama yang harus kita lakukan ialah
menentukan terlebih dahulu bentuk karya sastra yang ingin. Misalnya, kita akan
menyusun sebuah puisi, maka kita harus mengeti tentang unsur-unsur yang
termasuk dalam puisi, baik unsur fisik dan unsur batin puisi. berikut
penjelasan kedua unsur tersebut :
1.
Unsur Fisik
a)
Diksi adalah
pemilihan kata dalam puisi mempertimbangkan berbagai aspek estetis.
b) Pengimajian dapat
didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman imajinasi.
c) Kata Konkret
untuk membangkitkan imajinasi pembaca, kata-kata harus diperkonkret.
d) Majas ialah
bahasa yang digunakan penyair untuk menyatakan sesuatu dengan cara pengiasan,
yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna.
e) Rima/Ritma adalah
pengulangan bunyi dalan puisi.
f) Tipografi merupakan
pembenda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama.
2.
Unsur Batin
a)
Tema adalah pokok persoalan yang akan diungkapkan oleh
penyair.
b)
Perasaan, karena puisi merupakan karya sastra yang
saling mewakili ekspresi perasaan penyair.
c)
Nada dan Suasana, karena dalam menulis puisi, penyair
mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca: apakah dia ingin bersikap menyuruh,
menasihat, mengajak, menyindir atau bersikap tegas hanya menceritakan kepada
pembaca.
d)
Amanat adalah pesan dari pengarang melalui isi dari
puisi tersebut.
2.7.
Sastrawan terkenal Idonesia
Di negeri Eropa banyak sastrawan terkenal yang karya-karyanya sudah menyebar
ke seluruh penjuru dunia. Karya-karya mereka dijadikan referensi, bahan bacaan
sehari-hari, dan karya yang terus dikembangkan melewati lingkaran seni bahasa.
Ambil saja contoh, William Shakespear dari Inggris dengan salah satu karya
terkenalnya 'Romeo & Juliet' yang telah diadaptasikan berkali-kali dan
beragam-ragam dalam seni teatrikal, film, dan lain-lain. Chairil Anwar, mungkin
saja disebut sebagai sastrawan Indonesia paling dikenal oleh Indonesia dan
dunia karena karakteristik menulisnya, tema yang dia anut, dan keberaniannya
bersuara.
Berikut beberapa sastrawan Indonesia yang karya-karyanya berhasil mewarnai
dunia kesusasteraan Indonesia:
1.)
Chairil Anwar (1922-1949)
Chairil Anwar dilahirkan di Medan, 26 Julai
1922. Dia dibesarkan dalam keluarga yang cukup berantakan. Kedua ibu bapanya
bercerai, dan ayahnya berkahwin lagi. Selepas perceraian itu, saat habis SMA,
Chairil mengikut ibunya ke Jakarta.
Semasa kecil di Medan, Chairil sangat akrab dengan neneknya. Keakraban ini
begitu memberi kesan kepada hidup Chairil. Dalam hidupnya yang amat jarang
berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat neneknya meninggal dunia.
Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar biasa pedih:
Hal yang dialami oleh
sastrawan chairil anwar ini, juga sering terjadi di kalangan kita. terkadang
seseorang bisa melukiskan perasaannya melalui tulisan karya sastra, karena
dengan menyusun karya sastra orang tersebut bisa melepaskan perasaannya itu
kedalam karya tulisnya.
2.
Haji Abdul Malik Karim
Abdullah
Haji Abdul
Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan julukan HAMKA adalah seorang ulama,
sastrawan, sejarawan, dan juga politikus yang sangat terkenal di Indonesia.
Buya HAMKA juga seorang pembelajar yang otodidak dalam bidang ilmu pengetahuan
seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun
Barat. Hamka pernah ditunjuk sebagai menteri agama dan juga aktif dalam
perpolitikan Indonesia.
3.
Hans Bague Jassin
Hans
Bague Jassin, atau lebih
sering disingkat menjadi H.B.
Jassin (lahir di Gorontalo, 13 Juli 1917 – meninggal di Jakarta, 11 Maret 2000 pada umur 82 tahun) adalah
seorang pengarang, penyunting, dan
kritikus sastra ternama dari Indonesia. Kritik
sastra yang dikembangkan H.B. Jassin umumnya bersifat edukatif dan apresiatif,
serta lebih mementingkan kepekaan dan perasaan daripada teori ilmiah sastra.
Sedemikian besarnya pengaruh H.B. Jassin terhadap lingkungan sastra Indonesia,
sehingga pernah membuatnya dijuluki sebagai "Paus Sastra Indonesia".
Pada awal periode 1970-an, beberapa sastrawan beranggapan bahwa kritik sastra
H.B. Jassin bergaya konvensional, sedangkan pada saat itu telah mulai
bermunculan para sastrawan yang mengedepankan gaya eksperimental dalam
karya-karya mereka. Karena menolak mengungkapkan nama asli pengarang cerpen
yang isinya dianggap "menghina Tuhan”, akhirnya H.B. Jassin dijatuhi
hukuman dilarang menerbitkan sesuatu yang berbau sastra selama satu tahun.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Karya sastra
merupakan hasil dari pemikiran dan pengalaman seorang penulis atau sastrawan
yang disajikan dalam bentuk karya tulis. Dalam menyusun sebuah karya sastra,
seorang diharapkan untuk lebih kreatif. Sebelum menyusun karya sastra,
sebaiknya penulis mempelajari terlebih dahulu tentang karya sastra serta perkembangan
karya sastra, sehingga karya sastranya menjadi lebih menarik.
3.2. Saran
Penulis sangat berharap kepada para
pembaca untuk dapat memahami makalah ini sehingga dapat mengetaui lebih banyak
tentang karya sastra. Mulai dari arti atau pengertiannya, jenis-jenis karya
sastra, perkembangannya sampai dengan mengenal sastrawan yang ada di tanah air
ini. Sehingga jika ada yang ingin menyusun karya sastra, maka karyanya bisa
diselesaikan dengan baik. Dan semoga dapat menerapkan hal yang telah dibahas
dalam makalah ini dalam penyusunan karya tulisnya.
yues raa_sekian informasinya semoga bermamfaat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar