Sabtu, 11 Januari 2014

Makalah karya sastra



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang Masalah

Sering kali kita mendengar ungkapan “Pengalaman adalah guru terbaik”, bahkan mungkin ungkapan ini sudah tidak asing lagi di telinga kita. Pengalaman itulah yang dapat kita jadikan sebagai suatu pelajaran, peringatan, dan motivasi yang berharga dalam menyikapi dan menentukan langkah perjalanan hidup selanjutnya. Pengalaman pun dapat dijadikan sumber inspirasi dalam bersastra, misalnya menulis novel, puisi, dan cerpen.

Kurangnya pengetahuan dan pengalaman tentang  menyusun karya sastra yang baik dan benar membuat seseorang merasa malas untuk menyusun sebuah karya sastra. Ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berharga dapat menjadi inspirasi bagi orang lain. Tinggal bagaimana kita menelaah pengalaman tersebut menjadi hal yang positif untuk masa depan yang lebih baik.

1.2.   Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini meliputi: makna yang sebenarnya dari sebuah karya sastra, menyusun karya sastra yang baik dan benar, memahami jenis-jenis karya sastra, unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra, tujuan dari sebuah karya sastra, mengenal sastrawan yang ada di Indonesia, dan sebagainya.


1.3.    Tujuan Penulisan

 Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia, dapat dijadikan sebagai  bahan pembelajaran bagi mahasiswa/(i) di Universitas Abulyatama, serta  menjadi bahan bacaan bagi pembaca yang berminat untuk mempelajari tentang karya sastra.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.    Pengertian karya sastra

Sastra adalah pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan ilmu jiwa. Sastra adalah kekayaan rohani yang dapat memperkaya rohani. Seorang ahli yang bernama Selden (1985: 52) mengakatakan bahwa,  karya sastra merupakan anak kehidupan kreatif seorang penulis dan mengungkapkan pribadi pengarang. Definisi karya sastra sangatlah bervariasi / beragam , hal yang paling unik dalam pengkajian sastra adalah teori-teori itu sendiri dan juga cara memandang seseorang terhadap sesuatu. Beberapa pendapat ahli lain tentang karya sastra adalah sebagai berikut:

“Sastra lahir oleh dorongan manusia untuk mengungkapkan diri, tentang masalah manusia, kemanusiaan, dan semesta (Semi, 1993: 1).

“Perbedaan sastrawan dengan orang lain terletak pada kepekaan sastrawan yang dapat menembus kebenaran hakiki manusia yang tidak dapat diketahui tertembus oleh orang lain.” (Darma, 1984: 52-6).


2.2. Bentuk karya sastra
Menurut bentuknya karya sastra terbagi atas prosa, puisi dan drama. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai prosa, puisi dan drama yang telah menjadi bentuk dari karya sastra. Berikut penjelasannya tentang bentuk karya sastra masing-masing :
1.      Prosa
Prosa merupakan karangan bebas yang tidak terikat pada bentuk, irama, dan rima (sajak) atau terikat dengan oleh banyaknya suku kata dan jumlah baris. Bila prosa itu mengadung irama puisi maka prosa itu disebut prosa berirama, atau prosa lirik. Bentuk prosa ini lahir sebenarnya sama seperti prosa biasa sebab disusun oleh tanda bait-bait, oleh karena itu pemilihan kata serta irama yang terkandung di dalamnya sangat diperhatikan. Prosa fiksi dapat berupa roman, novel, cerpen.
a.    Roman ialah prosa yang melukiskan atau menceritakan kehidupan manusia meliputi seluruh kehidupannya, baik lahir maupun batin. Roman dibedakan isinya menjadi:
1)       Roman bertendes
2)       Roman sosial/masyarakat
3)       Roman detektif
4)       Roman jiwa
b.    Novel dalam kesusastraan Indonesia sering disamakan dengan roman, hanya bahasanya lebih pendek dari pada roman tetapi lebih panjang dari cerita pendek. Di samping itu ciri-ciri novel ialah:
1)       Sifat dan perubahan para pelakunya tidak diceritakan panjang lebar seperti dalam roman.
2)       Kejadiannya berjalan dengan lancar sebab terpusat dalam kehidupan suatu saat.
3)       Hanya diceritakan sebagian dari kehidupan manusia yang dianggap penting.
Cerpen atau cerita pendek merupakan cerita yang melukiskan peristiwa pada suatu saat dan tidak perlu mengakibatkan perubahan nasib. Biasanya cerpen diangkat dari peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, bentuk cerpen sangat singkat dan dapat dibaca dalam belasan menit saja.

2.      Puisi
Puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang kongkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama. Ada juga yang mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengekspresikan secara padat pemikiran dan perasaan penyairnya, diubah dalam wujud dan bahasa yang paling berkesan.

Perbedaan antara puisi dan prosa yaitu:  puisi menyatakan sesuatu secara tidak langsung, sedangkan prosa menyatakan sesuatu secara langsung. Beberapa pendapat tentang perbedaan puisi dan prosa yang dikemukakan oleh para ahli adalah:
1)      “Perbedaan pokok antara prosa dan puisi. Pertama, kesatuan prosa yang pokok adalah kesatuan sintaksis, sedangkan kesatuan puisi adalah kesatuan akustis. Kedua, puisi terdiri dari kesatuan-kesatuan yang disebut baris sajak, sedangkan dalam prosa kesatuannya disebut paragraf. Ketiga, di dalam baris sajak ada periodisitas dari mula sampai akhir”. (Slametmulyana, 1956:112)
2)      “Perbedaan prosa dan puisi bukan pada bahannya, melainkan pada perbedaan aktivitas kejiwaan. Puisi merupakan hasil aktivitas pemadatan, yaitu proses pen-ciptaan dengan cara menangkap kesan-kesan lalu memadatkannya (kondensasi). Prosa merupakan aktivitas konstruktif, yaitu proses penciptaan dengan cara menyebarkan kesan-kesan dari ingatan”. (Djoko Pradopo, 1987).
3)      “Perbedaan lain terdapat pada sifat. Puisi merupakan aktivitas yang bersifat pen-curahan jiwa yang padat, bersifat sugestif dan asosiatif. Sedangkan prosa merupakan aktivitas yang bersifat naratif, menguraikan, dan informatif “. (Pradopo, 1987)
Unsur-unsur yang terdapat dalam Puisi :
Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik , bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut.
1)   Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.
2)   Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi baru tak ada batasan.
3)   Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.
4)   Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi.
5)   Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan.
Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik. Struktur batin puisi, atau sering pula di-sebut sebagai hakikat puisi, meliputi : tema/makna (sense), rasa (feeling), nada (tone),  amanat/tujuan/maksud (itention).
Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi : perwajahan puisi (tipografi), pemilihan kata-kata (diksi),  susunan kata-kata (imaji), Kata kongkret, Bahasa kiasan (figuratif), Versifikasi, yaitu menyangkut rima dan ritme.

3.      Drama
Secara umum drama adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud dipertunjukkan oleh aktor. Pementasan naskah drama dikenal dengan istilah “teater”. Dapat dikatakan bahwa drama berupa cerita yang diperagakan para pemain di panggung. Selanjutnya, dalam pengertian kita sekarang, yang dimaksud drama adalah cerita yang diperagakan di panggung berdasarkan naskah.
Sejarah drama sebagai tontonan sudah ada sejak zaman dahulu. Nenek moyang kita sudah memainkan drama sejak ribuan tahun yang lalu. Bukti tertulis yang bisa dipertanggung jawabkan mengungkapkan bahwa drama sudah ada sejak abad ke-5 SM. Hal ini didasarkan temuan naskah drama kuno di Yunani. Penulisnya Aeschylus yang hidup antara tahun 525-456 sM. Isi lakonnya berupa persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa. Ada beberapa jenis drama tergantung dasar yang digunakannya. Dalam pembagian jenis drama, biasanya digunakan tiga dasar, yaitu: berdasarkan penyajian lakon drama, berdasarkan sarana, dan keberadaan naskah drama. 
Berdasarkan penyajian lakon, drama dapat dibedakan menjadi 8 jenis, yaitu:
1)       Tragedi: drama yang penuh dengan kesedihan
2)       Komedi: drama penggeli hati yang penuh dengan kelucuan.
3)       Tragekomedi: perpaduan antara drama tragedi dan komedi.
4)       Opera: drama yang dialognya dinyanyikan dengan diiringi musik.
5)       Melodrama: drama yang dialognya diucapkan dengan diiringi melodi/musik.
6)       Farce: drama yang menyerupai dagelan, tetapi tidak sepenuhnya dagelan.
7)       Tablo: jenis drama yang mengutamakan gerak, para pemainnya tidak mengucapkan dialog, tetapi hanya melakukan gerakan-gerakan.
8)       Sendratari: gabungan antara seni drama dan seni tari.
Berdasarkan sarana pementasannya, pembagian jenis drama dibagi  dalam beberapa kelompok antara lain:
1)       Drama Panggung: drama yang dimainkan oleh para aktor dipanggung.
2)       Drama Radio:  tidak bisa dilihat, tetapi hanya didengarkan oleh penikmat.
3)       Drama Televisi: sama dengan drama panggung, drama televisi tidak dapat diraba.
4)       Drama Film:  menggunakan layar lebar dan biasanya dipertunjukkan di bioskop.
5)       Drama Wayang: drama yang diiringi pegelaran wayang.
6)       Drama Boneka: para tokoh drama digambarkan dengan boneka yang dimainkan oleh beberapa orang.
Jenis drama  berdasarkan ada atau tidaknya naskah drama. Pembagian jenis-jenis drama berdasarkan ini, antara lain:
1)       Drama Tradisional: tontonan drama yang tidak menggunakan naskah. 
2)       Drama Modern: tontonan drama menggunakan naskah.
2.3. Macam-macam karya sastra di Indonesia

Ada beberapa pembagian karya sastra, khususnya di Indonesia, karya sastranya didominasi oleh syairpantun , gurindam dan hikayat .
a.         Syair merupakan puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak . Biasanya terdiri dari 4 baris, berirama aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud si penyair.

b.        Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik atau baris , bersajak akhir dengan pola a-b-a-b. Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian. sampiran dan isi . Sampiran adalah dua baris pertama, dan biasanya tidak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
c.         Gurindam merupakan satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal , masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawaban nya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
d.        Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama. Sebuah hikayat dibacakan sebagai hiburan, pelipur lara atau untuk membangkitkan semangat pejuang.

2.4. Aliran karya sastra
Kata “aliran” berasal dari kata stroming (bahasa Belanda) yang mulai muncul di Indonesia pada zaman Pujangga Baru. Kata itu bermakna “ keyakinan yang dianut golongan-golongan pengarang yang sepaham, ditimbulkan karena menentang paham-paham lama (Hadimadja, 1972:9). Beberapa aliran yang ada dalam karya sastra akan dijelaskan masing-masingnya, yaitu sebagai berikut:
a.       Realisme
Pada umumnya realisme dilihat sebagai reaksi terhadap aliran romantik. Realisme berusaha menggambarkan hidup dengan sejujur-jujurnya tanpa prasangka dan tanpa usaha memperindahnya. Realisme selalu memasukkan moral, dengan demikian seni bagi realisme adalah sarana untuk mengkritik dan menyampaikan pesan moral. Realisme menginginkan representasi dari realitas. Realisme memakai metode induktif dan bersifat observatif agar realitas yang digambarkan benar-benar objektif.
b.        Sosialisme
Pada abad ke-19 muncul juga gerakan sosialisme, gerakan ini mengajarkan kolektivisme dan kebersamaan. Karl Marx mengumumkan manifestonya dan dari manifesto ini lahirlah komunisme. Kepercayaan terhadap agama juga merosot sebagai akibat perkembangan iptek. Karena agama tidak lagi mendominasi kehidupan manusia, maka dicari formulasi baru terhadap kepercayaan agama.
c.         Naturalisme
Suatu perkembangan lebih lanjut dari realisme adalah aliran naturalisme, yang lahir dan berkembang di Perancis. Apabila realisme merupakan ucapan artistik suatu sikap terhadap kenyataan yang biasa pada berbagai individu di zaman apapun, maka naturalisme merpakan ucapan artistik di abad ke-19. Pengarang naturalisme, Emile Zola, mengatakan bahwa pengarang harus meniru ilmuwan dengan mengamati kenyataan tanpa menyelidki sebab-sebabnya mengapa kenyataan itu demikian.

d.        Relisme-sosial
Realisme-sosialis adalah pempraktikan sosialisme di bidang kreasi sastra. Istilah ini muncul untuk memenangkan sosialisme di Uni Soviet. Bagi realisme-soaialis setiap realitas, setiap fakta, hanya sebagian dari kebenaran, bukan kebenaran itu sendiri. Istilah realisme-sosialis mencakup pula persoalan taktik dan strategi, sekalipun di bidang sastra, hanya ini mungkin mengambil manifestasi dalam pengemukakan plot, gaya bahasa, perbendaharaan kata, pilihan kata, metode penyampaian, kontras, dan sebagainya yang sifatnya sama sekali telah akademik.

2.5. Unsur-unsur dalam  karya sastra
Unsur instrinsik yang terdapat dalam karya sastra:
Unsur intrinsik merupakan unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Unsur-unsur intrinsik karya sastra adalah :Tema, Amanat, Alur/plot, Perwatakan/penokohan,Latar/setting, Sudut pandang/point of view.Berikut penjelasan dari unsur-unsur intrinsik dalam karya sastra:
a.       Tema
Tema merupakan adalah sesuatu yang menjadi pokok masalah/pokok pikiran dari pengarang yang ditampilkan dalam karangannya.

b.      Amanat
Amanat adalah pesan/kesan yang dapat memberikan tambahan pengetahuan, pen-didikan, dan sesuatu yang bermakna dalam hidup yang memberikan penghiburan, kepuasan dan kekayaan batin kita terhadap hidup.

c.       Plot/alur
Plot/alur adalah jalan cerita/rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir.
Tahap-tahap alur :
  •   Tahap perkenalan/Eksposisi,
  • Tahap pertentangan /Konflik, 
  •  Tahap penanjakan konflik/Komplikasi,
  • Tahap klimaks / ketegangan mulai memuncak, dan
  • Tahap penyelesaian masalah.
Macam-macam alur :
ü  Alur maju : peristiwa –peristiwa diutarakan mulai awal sampai akhir/masa kini menuju masa datang.
ü   Alur mundur/Sorot balik/Flash back :  peristiwa-peristiwa yang menjadi bagian penutup diutarakan terlebih dahulu/masa kini, baru menceritakan peristiwa-peristiwa pokok melalui kenangan/masa lalu salah satu tokoh.
ü  Alur gabungan/Campuran : peristiwa-peristiwa pokok diutarakan. Dalam pengutararaan peristiwa-peristiwa pokok, pembaca diajak mengenang peristiwa-peristiwa yang lampau,kemudian mengenang peristiwa pokok.
ü   Perwatakan/penokohan :  bagaimana pengarang melukiskan watak tokoh.

Ada tiga cara untuk melukiskan watak tokoh
ü  Analitik :  pengarang langsung menceritakan watak tokoh.
ü   Dramatik : adalah pengarang melukiskan watak tokoh dengan tidak langsung.
ü  Campuran : gabungan analitik dan dramatik.
Pelaku/tokoh dalam cerita
ü  Pelaku utama :  pelaku yang memegang peranan utama dalam cerita dan selalu hadir/muncul pada setiap satuan kejadian.
ü  Pelaku pembantu : pelaku yang berfungsi membantu pelaku utama dalam cerita.Bisa bertindak sebagai pahlawan mungkin juga sebagai penentang pelaku utama.
ü  Pelaku protagonis : pelaku yang memegang watak tertentu yang membawa ide kebenaran.
ü  Pelaku antagonis : pelaku yang berfungsi menentang pelaku protagonis.
ü  Pelaku tritagonis : pelaku yang dalam cerita sering dimunculkan sebagai tokoh ketiga yang biasa disebut dengan tokoh penengah.

d.       Latar/setting
Latar/ setting merupakan sesuatu atau keadaan yang melingkupi pelaku dalam sebuah   cerita.
 Macam-macam pembagian latar :
ü  Latar tempat : latar dimana pelaku berada / cerita terjadi (di kota, di ruangan dll)
ü  Latar waktu : kapan cerita itu terjadi ( pagi, siang,malam, kemarin, besuk dll)
ü  Latar suasana : dalam keadaan dimana cerita terjadi. (sedih, damai, sepi dll)
e.       Sudut pandang pengarang
            Sudut pandang adalah posisi/kedudukan pengarang dalam membawakan cerita. Sudut pandang dibedakan atas :
ü  Sudut pandang orang kesatu : pengarang berfungsi sebagai pelaku yang terlibat langsung dalam cerita, terutama sebagai pelaku utama. Pelaku utamanya(aku, saya, kata ganti orang pertama jamak : kami, kita)
ü  Sudut pandang orang ketiga :  pengarang berada di luar cerita, ia menuturkan tokoh-tokoh di luar, tidak terlibat dalam cerita. Pelaku utamanya (ia, dia, mereka,kata ganti orang ketiga jamak, nama-nama lain)
Unsur ekstrinsik yang terdapat dalam karya sastra:
Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang membangun karya sastra dari luar, yaitu sebagai berikut:
a)      Latar belakang penciptaan : kapan karya sastra tersebut diciptakan
b)      Kondisi masyarakat pada saat karya sastra diciptakan : keadaan masyarakat baik itu ekonomi, sosial, budaya,politik pada saat karya  sastra diciptakan
c)      Pandangan hidup pengarang/Latar belakang pengarang
2.6.    Menyusun karya sastra

Untuk menyusun sebuah karya sastra, tahap pertama yang harus kita lakukan ialah menentukan terlebih dahulu bentuk karya sastra yang ingin. Misalnya, kita akan menyusun sebuah puisi, maka kita harus mengeti tentang unsur-unsur yang termasuk dalam puisi, baik unsur fisik dan unsur batin puisi. berikut penjelasan kedua unsur tersebut :
1.      Unsur Fisik
a)       Diksi adalah pemilihan kata dalam puisi mempertimbangkan berbagai aspek estetis.
b)      Pengimajian dapat didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang dapat   mengungkapkan pengalaman imajinasi.
c)      Kata Konkret untuk membangkitkan imajinasi pembaca, kata-kata harus diperkonkret.
d)     Majas ialah bahasa yang digunakan penyair untuk menyatakan sesuatu dengan cara pengiasan, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna.
e)      Rima/Ritma adalah pengulangan bunyi dalan puisi.
f)       Tipografi merupakan pembenda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama.
2.      Unsur Batin
a)      Tema adalah pokok persoalan yang akan diungkapkan oleh penyair.
b)      Perasaan, karena puisi merupakan karya sastra yang saling mewakili ekspresi perasaan penyair.
c)      Nada dan Suasana, karena dalam menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca: apakah dia ingin bersikap menyuruh, menasihat, mengajak, menyindir atau bersikap tegas hanya menceritakan kepada pembaca.
d)     Amanat adalah pesan dari pengarang melalui isi dari puisi tersebut.

2.7. Sastrawan terkenal Idonesia
Di negeri Eropa banyak sastrawan terkenal yang karya-karyanya sudah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Karya-karya mereka dijadikan referensi, bahan bacaan sehari-hari, dan karya yang terus dikembangkan melewati lingkaran seni bahasa. Ambil saja contoh, William Shakespear dari Inggris dengan salah satu karya terkenalnya 'Romeo & Juliet' yang telah diadaptasikan berkali-kali dan beragam-ragam dalam seni teatrikal, film, dan lain-lain. Chairil Anwar, mungkin saja disebut sebagai sastrawan Indonesia paling dikenal oleh Indonesia dan dunia karena karakteristik menulisnya, tema yang dia anut, dan keberaniannya bersuara.
Berikut beberapa sastrawan Indonesia yang karya-karyanya berhasil mewarnai dunia kesusasteraan Indonesia:

1.)           Chairil Anwar (1922-1949)

Chairil Anwar dilahirkan di Medan, 26 Julai 1922. Dia dibesarkan dalam keluarga yang cukup berantakan. Kedua ibu bapanya bercerai, dan ayahnya berkahwin lagi. Selepas perceraian itu, saat habis SMA, Chairil mengikut ibunya ke Jakarta.
Semasa kecil di Medan, Chairil sangat akrab dengan neneknya. Keakraban ini begitu memberi kesan kepada hidup Chairil. Dalam hidupnya yang amat jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat neneknya meninggal dunia. Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar biasa pedih:
Hal yang dialami oleh sastrawan chairil anwar ini, juga sering terjadi di kalangan kita. terkadang seseorang bisa melukiskan perasaannya melalui tulisan karya sastra, karena dengan menyusun karya sastra orang tersebut bisa melepaskan perasaannya itu kedalam karya tulisnya.




2.             Haji Abdul Malik Karim Abdullah

Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan julukan HAMKA adalah seorang ulama, sastrawan, sejarawan, dan juga politikus yang sangat terkenal di Indonesia. Buya HAMKA juga seorang pembelajar yang otodidak dalam bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Hamka pernah ditunjuk sebagai menteri agama dan juga aktif dalam perpolitikan Indonesia.

3.             Hans Bague Jassin

Hans Bague Jassin, atau lebih sering disingkat menjadi H.B. Jassin (lahir di Gorontalo13 Juli 1917 – meninggal di Jakarta11 Maret 2000 pada umur 82 tahun) adalah seorang pengarangpenyunting, dan kritikus sastra ternama dari Indonesia. Kritik sastra yang dikembangkan H.B. Jassin umumnya bersifat edukatif dan apresiatif, serta lebih mementingkan kepekaan dan perasaan daripada teori ilmiah sastra. Sedemikian besarnya pengaruh H.B. Jassin terhadap lingkungan sastra Indonesia, sehingga pernah membuatnya dijuluki sebagai "Paus Sastra Indonesia". Pada awal periode 1970-an, beberapa sastrawan beranggapan bahwa kritik sastra H.B. Jassin bergaya konvensional, sedangkan pada saat itu telah mulai bermunculan para sastrawan yang mengedepankan gaya eksperimental dalam karya-karya mereka. Karena menolak mengungkapkan nama asli pengarang cerpen yang isinya dianggap "menghina Tuhan”, akhirnya H.B. Jassin dijatuhi hukuman dilarang menerbitkan sesuatu yang berbau sastra selama satu tahun.
BAB III
PENUTUP

3.1.   Kesimpulan

Karya sastra merupakan hasil dari pemikiran dan pengalaman seorang penulis atau sastrawan yang disajikan dalam bentuk karya tulis. Dalam menyusun sebuah karya sastra, seorang diharapkan untuk lebih kreatif. Sebelum menyusun karya sastra, sebaiknya penulis mempelajari terlebih dahulu tentang karya sastra serta perkembangan karya sastra, sehingga karya sastranya menjadi lebih menarik.

           
3.2.   Saran

Penulis sangat berharap kepada para pembaca untuk dapat memahami makalah ini sehingga dapat mengetaui lebih banyak tentang karya sastra. Mulai dari arti atau pengertiannya, jenis-jenis karya sastra, perkembangannya sampai dengan mengenal sastrawan yang ada di tanah air ini. Sehingga jika ada yang ingin menyusun karya sastra, maka karyanya bisa diselesaikan dengan baik. Dan semoga dapat menerapkan hal yang telah dibahas dalam makalah ini dalam penyusunan karya tulisnya.


 yues raa_sekian informasinya semoga bermamfaat...


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar