Sabtu, 11 Januari 2014

makalah pembenihan ikan gurami

1.    Definisi Ikan Gurami 
Ikan gurami merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina.  Merupakan salah satu ikan labirinth dan secara taksonomi termasuk famili Osphronemidae.  Ikan gurami adalah salah satu komoditas yang banyak dikembangkan oleh para petani hal ini dikarenakan permintaan pasar cukup tinggi, pemeliharaan mudah serta harga yang relatif stabil.    
 Secara morfologi, ikan ini memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah.  Sirip ekor membulat. Jari-jari lemah pertama sirip perut merupakan benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba.  Tinggi badan 2,0-2,1 kali dari panjang standar.  Pada ikan muda terdapat garis-garis tegak berwarna hitam berjumlah 8 sampai dengan 10 buah dan pada daerah pangkal ekor terdapat titik hitam bulat.       

 
2.    SistematikaIkan Gurami                          
Filum               : Chordata


Kelas               : Actinopterygii


Ordo                : Perciformes


Subordo          : Belontiidae


Famili              : Osphronemidae


Genus              : Osphronemus


Spesies            : Osphronemus gouramy, Lac.



   3. Syarat Lokasi 

Gurami termasuk ikan yang mudah dibudidayakan. Ikan gurame bisa hidup di sembarang tempat. Meskipun demikian, pemilihan lokasi yang tepat juga perlu diperhatikan. Ikan gurame tumbuh baik di daerah dengan ketinggian 20-400 m dpl. Namun, di dataran tinggi, 800 m dpl pertumbuhan ikan cenderung lambat. Lokasi budidaya harus memiliki suhu dan kualitas air sesuai kemauan gurame. Ikan gurame tumbuh baik di daearah bersuhu 25-28 derajat celcius. Air dan sungai atau irigasi teknis bisa dipakai asal tidak tercemar limbah pestisida atau sisa-sisa pembuangan rumah tangga. Gurame menyukai air yang bersih. Air keruh dikhawatirkan mengandung kotoran. Jika kotoran tersebut bercampur dengan sisa-sisa pakan akan memicu terjadinya pembusukan. Hal tersebut akan emicu timbulnya bakteri, parasit dan cacing.



Berikut syarat- syarat lokasi yang baik untuk pembenihan ikan gurami:


a)    Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos dan cukup mengandung humus. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.


b) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.


c)  Ikan gurame dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian 50-400 m dpl.


d) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan gurame harus bersih dan dasar kolam tidak berlumpur, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.


e)  Kolam dengan kedalaman 70-100 cm dan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan gurame. Untuk pemeliharaan secara tradisional pada kolam khusus, debit air yang diperkenankan adalah 3 liter/detik, sedangkan untuk pemeliharaan secara polikultur, debit air yang ideal adalah antara 6-12 liter/detik. 


f)   Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 6,5-8.


g)  Suhu air yang baik berkisar antara 24-28 derajat C.




4. Persiapan Kolam


Persiapan kolam merupakan langkah awal proses budidaya. Ada dua cara yng bisa dilakukan, yakni membuat kolam baru dan pengolahan tanah sesusai panen. Jika membuat kolam baru, konstruksi dibuat hruslah kokoh dan kuat. Bentuk kolam umumnya sama dengan kolam ikan lain. Ukkurannya tergantung kemampuan modal dan luas lahan. Dinding kolam dirancang agar tidak mudah bocor atau terkikis, kemiringan 60 derajat dari dasar kolam.


Pematang antar kolam dibuat kuat dan lebar untuk mengantisipasi longsor. Timggi pematang kurang lebih 125 cm diukur dari dasar kolam, permukaan dasar kolam dibuat agak miring, tujuannaya untuk mempermudah pembuangan air saat panen. Saluran pemasukan dan pengeluaran air pada setiap kolam dibuat terpisah tujuannya untuk menghindari teradinya penularan penyakit ke kolam lain.


Kedua saluran diletakkan di kedua dinding secara diagonal atau menyilang. Paralon PVC atau bambu umum digunakan sebagai saluran pembuangan. Lubang air ditutup dengan kasa agar kotoran tidak ikut masuk ke kolam. kualitas tanah yang baik menciptakan kondisi lingkungan yang layak untuk ikan gurame. Oleh karena itu keasamannya harus diperhatikan. Caranya yaitu dengan menaburkan kapur 100 g/m2 dan 200 g/m2 garam dapur.


Penanganan kolam yang sudah produksi lain lagi. Sebelum digunakan air dibuang habis lalu dasar kolam dijemur hingga kering, tujuannya untuk mematikan bakteri, jamur dan cacing. Kotoran atau sisa-sisa pakan yang menumpuk dibuang. Setelah kering, tanah dicangkul sedalam 10-20 cm lalu dibalik dan diratakan. Lapisan ats dianggap sudah tidak kaya dengan unsur hara sehingga perlu diganti yang bawah. Jemur diterik matahari sampai kering. Untuk menjaga keasamman tanah taburkan kapur 100 g/m2 dan garam 200 g/m2. 



5. Pembenihan


a.      Pemijahan          


            Ikan gurami dapat memijah sepanjang tahun, walaupun produktifitasnya lebih tinggi terutama pada musim kemarau.  Adapun hal yang perlu diperhatikan untuk pemijahan ini adalah padat tebar induk, tata letak sarang, panen telur dan kualitas air media pemijahan.  Betina dicirikan dari bentuk kepala dan rahang serta adanya bintik hitam pada kelopak sirip. Induk jantan ditandai dengan adanya benjolan di kepala bagian atas, rahang bawah yang tebal terutama pada saat musim pemijahan dan tidak adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada.  Sedangkan induk betina ditandai dengan bentuk kepala bagian atas datar, rahang bawah tipis dan adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada.


Padat tebar induk adalah 1 ekor/5 m2  dengan perbandingan jumlah jantan:betina adalah 1:3-4.penebaran induk di kolam pemijahan dapat dilakukan secara berpasangan (sesuai perbandingan) pada kolam yang disekat ataupun secara komunal (satu kolam diisi beberapa pasangan).  Induk betina dapat memproduksi telur 1 500 sampai dengan 2 500 butir/kg induk.


Sarang diletakkan 1-2 m dari tempat bahan sarang dengan kedalaman 10 -15 cm dari permukaan air. Sarang dipasang mendatar sejajar dengan permukaan air dan menghadap ke arah tempat bahan sarang. 


Tempat bahan sarang diletakkan di permukaan air dapat berupa anyaman kasar dari bambu atau bahan lainnya diatur sedemikian rupa sehingga induk ikan mudah mengambil sabut kelapa/ijuk untuk membuat sarang.  Pembuatan sarang dapat berlangsung selama 1 sampai dengan 2 minggu bergantung pada kondisi induk dan lingkungannya.


Pemeriksaan sarang yang sudah berisi telur dapat dilakukan dengan cara meraba dan menggoyangkan sarang secara perlahan atau dengan menusuk sarang menggunakan lidi/kawat dan menggoyangkannya. Sarang yang sudah berisi telur ditandai dengan keluarnya minyak/telur dari sarang ke permukaan air.


Sarang yang sudah berisi telur diangkat. Telur dipisahkan dari sarang dengan cara membuka sarang secara hati-hati. Karena mengandung minyak, telur akan mengambang di permukaan air. Telur yang baik berwarna kuning bening sedangkan telur berwarna kuning keruh dipisahkan dan dibuang karena telur yang demikian tidak akan menetas.  Minyak yang timbul dapat dikurangi dengan cara diserap memakai kain.
Kualitas media pemijahan yang baik adalah suhu 25-30 oC, Nilai pH 6,5 - 8,0, laju pergantian air 10-15 % per hari dan ketinggian air kolam  40 - 60 cm.


b.  Penetasan Telur


            Padat tebar telur 4 sampai dengan 5 butir/cm2 dengan ketinggian air 15 - 20 cm. Kepadatan dihitung per satuan luas permukaan wadah sesuai dengan sifat telur yang mengambang.  Untuk mempertahankan kandungan oksigen terlarut, di dalam media penetasan perlu ditambahkan aerasi kecil tetapi harus dijaga agar telur tidak teraduk.  Kualitas air media penetasan yang baik adalah suhu 29 - 30 oC, nilai pH 6,7 - 8,6 dan bersumber dari air tanah.  Bila air sumber mengandung karbondioksida tinggi, nilai pH rendah atau mengandung bahan logam (misalnya besi), sebaiknya air diendapkan dulu selama 24 jam. Telur akan menetas setelah 36 - 48 jam.


 c.        Pemeliharaan Larva


Setelah telur menetas, larva dapat terus dipelihara di corong penetasan/waskom sampai umur 6 hari kemudian dipindahkan ke akuarium.  Bila penetasan dilakukan di akuarium, pemindahan larva tidak perlu dilakukan. Selama pemeliharaan larva, penggantian air hanya perlu dilakukan untuk membuang minyak bila minyak yang dihasilkan ketika penetasan cukup banyak.  Sedangkan bila larva sudah diberi makan, penggantian air dapat disesuaikan dengan kondisi air yaitu bila sudah banyak kotoran dari sisa pakan dan “ Faeces”.


Pemeliharaan larva di akuarium dilakukan dengan padat tebar 15 - 20 ekor/liter. Pakan mulai diberikan pada saat larva berumur 5 sampai dengan 6 hari berupa cacing Tubifex, Artemia, Moina atau Daphnia yang disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Kualitas air sebaiknya dipertahankan pada tingkat suhu 29- 30 o C, nilai pH 6,5 - 8,0 dan ketinggian air 15 - 20 cm.


 d. Pendederan I, II, III, IV dan V


Pemeliharaan benih pada pendederan I sampai dengan V dapat dilakukan di akuarium atau kolam.  Di akuarium dilakukan sama seperti halnya pemelihaaran larva tetapi perlu dilakukan penjarangan. Sedangkan di kolam perlu dilakukan kegiatan persiapan kolam yang meliputi pengolahan tanah dasar kolam, pengeringan, pengapuran, pemupukan, pengisian air dan pengkondisian air kolam.  Pengolahan tanah dasar kolam dapat berupa pembajakan, peneplokan dan perbaikan pematang kolam.  Pengeringan dilakukan selama 2 - 5 hari (tergantung cuaca). 
Tingkat Pemeliharaan Produksi Ikan Gurami
No.
Standar
Satuan
PI
PII
PIII
PIV
PV
1
Padat Tebar
Ekor/M2
100
80
60
45
30
2
Ukuran Benih
Cm
1,00
2,0
4
6
8
3
Pakan
% BB
20
20
10
5
4
 
 
Kali/Hari
2
2
3
3
3
4
Waktu Pemeliharaan
Hari
20
30
40
40
40
5
Sintasan
%
60
60
70
80


6. Penebaran Benih



Penebaran benih ikan GURAMI dilakukan pd saat kondisi kualitas dan kuantitas air kolam sudah betul2 siap dan baik utk pertumbuhan dan dilaksanakan pd waktu cuaca yg cukup sejuk,yaitu pada pagi atau sore hari.Prosedur Penebaran BENIH IKAN GURAMI adalah sbb:                                                                                                                                              


a)  Sebelum penebaran hendaknya dilakukan pengamatan dan pengukuran kualitas dan kuantitas  air kolam melalui petugas  PBI


b)    Kualitas dan kuantitas air kolam yg baik diantaranya meliputi  suhu = 25 drjt C.  PH = 6,5 - 8,5.  Debit Air = 0,4 liter/detik sampai 0,7 Liter/detik untuk lahan 500 m2. Ketinggian Air=40-60 cm. Kecerahan > 30 cm


c)   Penebaran benih pd pendederan 1 yaitu benih dr tingkat larva sampai ukuran 1-2 cm, dengan padat penebaran 100 ekor/ m2.


d)  penebaran benih pd pendederan 2 yaitu benih dr ukuran 1-2 cm sampai menjadi benih ukuran 2-4cm,dengan padat penebaran 80 ekor/m2.


e)  penebaran benih pd pendeederan 3 yaitu benih ukuran 2-4 cm sampai jd benih ukuran 4-6cm,padat penebaran 60 ekor/m2.


f)  penebaran benih pd pendederan 4 yaitu benih dari ukuran 4-6cm sampai jd ukuran 6-8cm, padat penebaran 45ekor/m2


g)  penebaran benih pd pendederan 5 yaitu benih ukuran 6-8cm sampai jd benih ukuran 8-11cm, padat penebaran 30ekor/m2.



7. Perawatan Selama Pemeliharaan

Setelah proses penetasan berhasil dengan baik, langkah selanjutnya adalah perawatan benih atau larva. Benih ikan gurami yang baru saja menetas masih sangat rentan terhadap berbagai gangguan baik internal yang dipengaruhi oleh perkembangan biologi maupun eksternal yang dipengaruhi oleh cuaca, hama, penyakit, maupun makanan. Pada tahap ini, benih masih dalam fase kritis, sehingga membutuhkan perawatan serius agar angka kematian tidak begitu tinggi. Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perawatan benih atau larva ikan gurami.


a. Manajemen pakan


Pemberian Pakan Alami dan Pakan Buatan Pada Benih Ikan Gurami:
Setelah menetas, larva masih bisa bertahan hidup dari cadangan kuning telur yang menempel pada tubuhnya hingga berumur kurang lebih satu minggu. Setelah itu, larva perlu mendapatkan pakan tambahan untuk menopang pertumbuhannya. Pakan tambahan yang paling sesuai dengan ukuran bukaan multnya yang masih kecil adalah pakan alami, baik berupa Moina maupun Daphnia. Pemberian pakan alami sebanyak 100-200 persen dari total bobot benih. Selain pakan alami, dapat juga diberikan pakan tambahan berupa pakan buatan. Jika diberikan pakan buatan, maka komposisi pakannya adalah 75% pakan alami dan 25% pakan tambahan. Pakan tambahan harus diberikan dalam bentuk tepung yang sangat halus.


              b. Vaksinasi Pada Benih Atau Larva Ikan Gurami


Vaksinasi diberikan setelah larva berumur lebih dari dua minggu. Jenis vaksin yang diberikan misalnya Septicaemia haemorrhagica untuk menanggulangi penyakit bercak merah akibat infeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Pemberian vaksin dilakukan dengan merendam benih dalam larutan selama 30 menit. Konsentrasi larutan 1 ml per 10 liter air. Vaksinasi tersebut mampu memberikan kekebalan selama empat bulan.


c. Manajemen kualitas air


Gunakan Sumber Air Bersih Dan Sehat Selama Pemeliharaan Benih


Penggunaan air bersih dan sehat bertujuan untuk menghindari serangan hama maupun penyakit. Beberapa sumber air bersih yang dapat digunakan antara lain mata air, air sumur, atau air hujan. Selain menggunakan air tersebut, dapat juga menggunakan air sungai yang sudah melalui proses penyaringan. Pembuatan saringan secara berlapis dari bagian bawah ke atas yaitu ijuk, pasir, kerikil, dan batu. Sebagai ilustrasi, berikut kami sajikan gambar bak penyaring.



8. Pengendalaian Hama Penyakit 



         Bila teridentifikasi ikan terserang parasit


 pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian garam  500 - 1000 mg/l dengan cara perendaman selama 24 jam.


         Teridentifikasi terserang bakteri


 pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian oksitetrasiklin dengan dosis 5 -10 mg/l secara perendaman selama 24 jam.



9. Panen dan Pasca Panen

               a. Pemanenan
           Pemanenan dalam tahap pendederan dilakukan setelah benih mencapai berat 20-25 gram. Hal yang perlu diperhatikan antara lain:


    1)Waktu pemanenan sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari
    2)Untuk memudahkan penangkapan sebaiknya diletakkan daun pisang kedalam kolam


    3)Proses penangkapan dilakukan secara hati-hati


  4)Penangkapan ikan dilakukan pada saat temperature air rendah dan tidak dalam keadaan hujan


   5)Pengangkutan benih juga dilakukan pagi atau sore hari.





b.      Penanganan Pasca Panen Ikan Gurami


Penanganan Pasca panen merupakan tahap terakhir dari rangkaian budidaya gurami. Penanganan pasca panen berhubungan dengan teknik menjual gurami dalam kondisi hidup, segar dan sehat. Dengan sendirinya, juga berhubungan dengan pelayanan pasar dan tingkat kelayakan harga.
Untuk mencapai kualitas gurami yang layak jual, ada dua aspek penting dalam pasca panen yang harus diperhatikan yakni mencegah dan menghilangkan bau lumpur serta cara pengangkutan yang benar.



Mencegah bau lumpur



        Bau lumpur pada gurami lebih banyak disebabkan oleh air yang terkontaminasi senyawa geosmin yang dihasilkan oleh bangkai plankton dan bakteri. Senyawa tersebut mampu masuk dan terserap ke dalam sel daging gurami.
Pencegahan bau lumpur bisa dilakukan dengan cara mengendalikan pertumbuhan plankton.


Caranya sebagai berikut :
1) Kurangi intensitas matahari dengan cara menaungi sebagian permukaan air kolam
2
)  Seimbangkan pemupukan Nitrogen dan Phospohor
3
)  Berikan pakan secara tepat atau mengurangi ransum pakan harian, supaya tidak terjadi penumpukan sisa pakan di dasar kolam.
4
) Apabila perlu penambahan ketinggian air, alirkan air yang jernih.


Menghilangkan Bau Lumpur

1. Pemberaan merupakan alternatif untuk menghilangkan bau lumpur pada gurami usia skonsumsi. Langkah yang dilakukan adalah memelihara gurami dalam air tawar yang mengalir selama lima hari. Selama pemberaan tersebut, ikan tidak diberi makan.
2
. Alternatif kedua peliharalah gurami di kolam terpal dengan kondisi air yang bersih dan lakukan penggaraman yang cukup, hentikan pemberian pakan selama 3 hari baru dipanen.
3
. Alternatif ketiga dengan pengolahan hasil, pengolahan hasil yang dilakukan yakni memasak gurami menggunakan bumbu-bumbu tradisional, seperti asam, kunyit, bawang merah, dan serai.

Cara Pengangkutan

Pengangkutan gurami dibagi dalam dua macam, yakni pengangkutan benih dan pengangkutan untuk induk/konsumsi. Pengangkutan gurami induk/konsumsi memiliki lebih banyak kendala dibandingkan pengangkutan gurami benih. Jika gurami induk/konsumsi diangkut dengan kepadatan cukup tinggi, biasanya sirip dan tutup ingsangnya saling melukai. Akibatnya mengalami tingkat stres yang cukup berat dan kualitas penampilan fisiknya menjadi berkurang. Stres berat menjadi penyebab kematian gurami pada saat pengangkutan. Stres bisa disebabkan terjadinya perubahan suhu yang terlalu besar. 
 Untuk mengatasi permasalahan ini, disarankan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
    1)Lakukan panen pada pagi atau sore hari. Setelah itu, puasakan gurami selama tiga hari berturut-turut agar kotorannya tidak mengotori media angkut. 
    2)Lakukan perjalanan pada malam hari, karena suhu udaranya lebih dingin
  3)Gunakan drum palstik volume 200 liter dengan kepadatan maksimal 20 kg ikan gurami. 
  4)Benih ukuran 3-5 cm dapat diangkut dengan menggunakan kantung plastik dan diberi tambahan oksigen. Caranya isi kantung plastik ukuran 5 – 10 kg dengan air sebanyak seperempat bagian, masukan benih maksimal 1500 ekor tambahkan oksigen dan tutup rapat-rapat. 

yues raa :_sekian informasi tentang pembenihan ikan gurami,,, semoga bermamfaat!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar